HALEULUYA...

Aku ada karena adamu
terusir pada kesendirian
terasing dalam pencarian
seperti Adam
tercerahkan dari sebuah kesalahan
terdidik diperjalanan

Adamu karena Dzat Illah
tak lelah dan tak pasrah
kekal jarak terpisah
mengisi antara dengan ikatan kisah

seperti benci yang tak abadi
laksana cinta yang tak kuasa
ikatan kuasaMulah yang menjadikan ada

Cinta-kasih,luka-perih, senyum-kagum
Tawa-tangis, hasrat-harap, gairah-gelisah

terpilin, terikat, terkumpul, menjulur
bergerak terus mencari
mengisi rongga-rongga jarak jiwa dan hati

menubir, tergelincir, melendir
terserap, tercekat, terjerat

Menggumpal-Maujud
Haleuluya..!!!
AdaMulah aku ada

kidung lewung

Untari..!! telah kutanam kesepianku
bersama batu nisan di padang gersang pengembaraanku
telah kurobek dan kutelan peta perjalananku
menjadi muslihat kerakusanku yang jalang

Dia yang berteriak, lelaki yang bernyanyi
terdiam ditengah hari bersandar pada janji
punggung masa silamnya membekas jelas
tinggalkan aroma purba yang kelabu

dibangku taman ia bersajak
di gerbong kereta hilangkan jejak
pada segelas kopi ia bersihkan diri
dan tersudut di malam sepi

memagut diri menepis gundah
terus menggali kubur kesepiannya sendiri

Untari..!!!telah hangus isi periuk yang terakhir
leleh membara tertelan juga
kebul mengebul asap sesakan dada
terbakar panas api hatimu

pertemuan - pertemuan

aku bertemu hades yang sedang mencuci tangan di air mancur senayan
dia melengos, saat kukatakan" hoi, atlas sakit encok. Ia ingin istirahat sejenak dari segala beban"!
dengan senyum sang dewa pamit, tinggalkanku sendiri termangu dikecipak air mancur

aku berjumpa hercules sang perkasa
masih sibuk ia, nyalakan api di dapur magma
dua sendok kopi luak, satu sendok gula
mengepul teraduk sempurna di cangkir kepundan
ia berlalu tanpa kata
tinggalkan harum, pahit, legit, kental kenanganku

kudengar Hera menggeledah marah di kamar zeus
ditendangnya patah dua pilar istana
poranda tilam bertahta mutiara
zeus terpana, lidah api di mata Hera
ditentengnya celana dalam wanita liar simpanan sang dewa
giliranku meninggalkan keributan mereka tanpa kata